Serangan ransomware mengganggu pasokan bir Jepang
Serangan ransomware telah menyerang distributor bir utama Jepang, menyebabkan kekurangan merek populer di seluruh negeri. Insiden ini menyoroti kerentanan dalam rantai pasok di tengah meningkatnya ancaman siber.
Pada awal Oktober 2025, serangan ransomware menargetkan Asahi Breweries, salah satu produsen bir terbesar di Jepang, yang menyebabkan gangguan operasional dan kekurangan luas pada produk unggulannya seperti Asahi Super Dry. Serangan tersebut mengenkripsi sistem kritis, menghentikan produksi dan distribusi selama beberapa hari.
Menurut laporan, insiden siber dimulai pada 5 Oktober, ketika peretas menyusup ke infrastruktur TI perusahaan. Asahi mengonfirmasi pelanggaran tersebut dalam pernyataan, mencatat bahwa tidak ada data pelanggan yang dikompromikan tetapi mengakui keterlambatan pengiriman ke pengecer. 'Kami bekerja siang malam dengan pakar keamanan siber untuk memulihkan operasi,' kata juru bicara perusahaan.
Kekurangan tersebut telah memengaruhi toko serba ada dan supermarket di seluruh negeri, dengan beberapa lokasi melaporkan rak kosong untuk pertama kalinya dalam bertahun-tahun. Konteks latar belakang mengungkapkan bahwa Jepang telah mengalami lonjakan insiden ransomware, dengan sektor manufaktur dan minuman semakin menjadi target karena ketergantungan mereka pada sistem yang saling terhubung. Pejabat pemerintah mendesak perusahaan untuk memperkuat pertahanan, merujuk pada serangan serupa di industri lain.
Meskipun Asahi bertujuan untuk melanjutkan produksi penuh pada pertengahan Oktober, peristiwa ini menekankan efek riak ekonomi dari gangguan siber di sektor barang esensial. Tidak ada kelompok yang mengklaim tanggung jawab, dan penyelidikan sedang berlangsung dengan dukungan dari otoritas nasional.