Sebuah tim peneliti, termasuk dari Universitas Penn State, telah menyelidiki bagaimana teknologi blockchain dapat menegakkan batas etis pada sistem kecerdasan buatan. Karya mereka, yang diterbitkan di Journal of Cybersecurity and Privacy, mengusulkan kerangka kerja untuk memastikan AI mematuhi nilai-nilai manusia. Studi tersebut menyoroti potensi blockchain untuk transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan AI.
Di Malvern, Pennsylvania, Asisten Profesor Teknik Perangkat Lunak Penn State Great Valley Dusan Ramljak dan rekan-rekannya menerbitkan makalah yang meneliti peran blockchain dalam menyelaraskan AI dengan standar etis. Saat sistem AI seperti bot perdagangan otonom dan alat diagnostik semakin beroperasi dengan pengawasan manusia minimal, risiko hasil yang tidak dapat dipercaya di bidang seperti kedokteran dan keuangan meningkat. "Sistem AI dilatih untuk bertindak dengan cara tertentu dalam parameter spesifik. Jika parameter bergeser... mereka bisa bertindak dengan cara yang tidak dapat diprediksi yang bertentangan dengan nilai-nilai manusia — misalnya, penyesatan dengan menangani data kesehatan sensitif secara salah atau misinformasi dengan merekomendasikan perawatan medis yang salah," jelas Ramljak.
Tim tersebut, yang mencakup Asisten Profesor Penn State Abington Maryam Roshanaei, mahasiswa master Jainil Kakka, mahasiswa doktoral Universitas Wina Alexander Neulinger dan Lukas Sparer, serta mahasiswa doktoral Universitas Kragujevac Dragutin Ostojić, meninjau lebih dari 7.000 studi. Mereka mengembangkan kerangka kerja bertingkat tiga untuk penelitian masa depan: analisis tingkat mikro yang berfokus pada protokol teknis untuk mengamankan data pengguna; analisis tingkat meso untuk kasus penggunaan spesifik sektor di keuangan dan kesehatan; dan analisis tingkat makro yang membahas prinsip moral, standar hukum internasional, dan variasi budaya, seperti Artificial Intelligence Act Uni Eropa.
Blockchain, yang dikenal sebagai penggerak mata uang kripto, menawarkan catatan aman dan terdesentralisasi dengan garis keturunan data transparan dan log tahan manipulasi. Ini memungkinkan mekanisme konsensus di mana peserta memilih aturan etis, yang diterapkan melalui kontrak pintar. Ini mempromosikan keputusan yang dapat dilacak dan menolak manipulasi data pelatihan. Namun, tantangan termasuk konsumsi energi tinggi, risiko privasi dari transparansi yang meningkat, dan kebutuhan kerangka kerja fleksibel di berbagai konteks budaya dan hukum.
Ramljak menekankan kebutuhan kerangka kerja berlapis yang mengintegrasikan keamanan, tata kelola, dan kendala hukum. "Konvergensi blockchain dan AI bisa memberi kita tidak hanya keandalan yang ditingkatkan pada sistem teknis tetapi juga cara baru tata kelola berpusat pada manusia, memastikan akuntabilitas pada skala besar," katanya.