Kolumnis menguraikan pertahanan terhadap pelemahan dolar dan inflasi
Paul B. Farrell, kolumnis MarketWatch yang dikenal dengan pandangan keuangan hati-hati, merinci strategi pribadi untuk melindungi investasi di tengah kekhawatiran atas pelemahan dolar AS dan inflasi yang meningkat. Dalam tulisannya terbaru, ia mengacu pada pola ekonomi historis untuk menganjurkan aset yang terdiversifikasi. Saran tersebut mencerminkan kecemasan yang lebih luas tentang kebijakan fiskal AS dan pergeseran global.
Paul B. Farrell, kolumnis keuangan veteran di MarketWatch, menyatakan kekhawatiran mendalam atas potensi erosi nilai dolar AS karena inflasi yang berkelanjutan dan utang nasional yang menumpuk. Dalam artikelnya yang diterbitkan pada 10 Oktober 2023, Farrell menggambarkan dirinya sebagai 'paranoid' tentang stabilitas ekonomi, mengutip utang pemerintah AS sebesar 33 triliun dolar sebagai bom waktu yang bisa merendahkan nilai mata uang.
Latar belakang Farrell sebagai mantan eksekutif Wall Street membentuk pendekatannya yang defensif. Ia mengingat era stagflasi tahun 1970-an, ketika inflasi mencapai puncak lebih dari 13%, dan menarik paralel dengan kondisi saat ini, termasuk tingkat inflasi baru-baru ini yang berkisar 3-4% meskipun upaya Federal Reserve untuk membatasinya. 'Dolar berada di lereng licin', tulis Farrell, memperingatkan bahwa tanpa tindakan, ia bisa kehilangan daya beli yang signifikan dalam beberapa tahun mendatang.
Untuk melawan risiko ini, Farrell merekomendasikan strategi multi-sisi yang berfokus pada lindung nilai inflasi. Ia menekankan emas sebagai kepemilikan inti, mencatat perannya secara historis sebagai penyimpan nilai selama krisis mata uang: 'Emas telah melindungi kekayaan selama berabad-abad ketika uang fiat gagal'. Ia menyarankan alokasi 10-20% portofolio ke emas fisik atau ETF emas, menyoroti lonjakan harga baru-baru ini ke lebih dari 1.900 dolar per ons di tengah ketegangan geopolitik.
Selain emas, Farrell menganjurkan Sekuritas Lindung Nilai Inflasi Treasury (TIPS), yang menyesuaikan pokok berdasarkan Indeks Harga Konsumen. 'TIPS adalah cara sederhana untuk mengalahkan inflasi tanpa volatilitas komoditas', katanya. Ia juga menunjuk komoditas seperti minyak dan pertanian, serta real estate investment trusts (REITs), karena nilai nyata mereka yang naik seiring harga.
Untuk diversifikasi internasional, Farrell mendesak paparan terhadap mata uang asing yang lebih kuat, seperti euro atau franc Swiss, melalui dana yang dilindungi mata uang. Ia memperingatkan terhadap ketergantungan berlebih pada saham AS, mengingat kerentanan mereka terhadap depresiasi dolar. 'Di dunia de-dolarisasi, pikirkan secara global', nasihatnya, merujuk pada tren di negara-negara BRICS yang mengurangi kepemilikan dolar.
Meskipun pandangan Farrell berbasis opini, mereka mencerminkan sentimen pasar yang lebih luas. Data terbaru dari Biro Statistik Tenaga Kerja menunjukkan inflasi inti sebesar 3,2% pada September 2023, memicu perdebatan tentang pemotongan suku bunga Fed. Kritikus mungkin berargumen bahwa sikap 'paranoid'nya mengabaikan ketahanan ekonomi, tapi Farrell bersikeras bahwa langkah proaktif esensial: 'Lebih baik aman daripada menyesal di masa tidak pasti'. Kolomnya berfungsi sebagai panggilan untuk bertindak bagi investor yang menavigasi ketidakpastian fiskal.