Peneliti ungkap metode berbasis DNA untuk penyimpanan data ultra-padât
Para ilmuwan di Universitas Washington telah mengembangkan teknik baru untuk mengkodekan data digital ke dalam DNA sintetis, yang berpotensi merevolusi penyimpanan informasi jangka panjang. Metode ini memungkinkan penyimpanan hingga satu petabyte data dalam satu gram DNA. Terobosan ini menangani permintaan yang semakin meningkat untuk solusi pengarsipan data yang berkelanjutan.
Pada 2 Oktober 2025, tim yang dipimpin oleh Profesor Luis Ceze di Universitas Washington mengumumkan kemajuan signifikan dalam teknologi penyimpanan data. Diterbitkan di jurnal Nature Biotechnology, penelitian ini menunjukkan proses untuk menulis dan membaca file digital menggunakan untai DNA sintetis, mencapai kepadatan yang jauh melampaui media penyimpanan elektronik saat ini.
Teknik ini melibatkan konversi data biner menjadi urutan basis DNA—adenin (A), sitosin (C), guanin (G), dan timin (T)—dan mensintesisnya menjadi molekul DNA fisik. Untuk mengambil data, enzim dan mesin sekuensing mendekode untai kembali menjadi file yang dapat digunakan. Menurut studi, pendekatan ini memungkinkan penyimpanan 215 petabyte per gram DNA, dengan tingkat kesalahan di bawah 1 dalam 1.000 basis setelah diterapkan algoritma koreksi.
"DNA sangat stabil dan kompak, menjadikannya ideal untuk tujuan arsip," kata Ceze dalam siaran pers universitas. "Tidak seperti hard drive yang rusak seiring waktu dan mengonsumsi banyak energi di pusat data, DNA dapat bertahan ribuan tahun dalam kondisi dingin dan kering tanpa daya."
Konteks latar belakang mengungkapkan bahwa permintaan penyimpanan data sedang meledak, dengan penciptaan data global diproyeksikan mencapai 181 zettabyte pada 2025, menurut perkiraan IDC. Solusi tradisional seperti pita magnetik dan cakram optik kesulitan dengan skalabilitas dan umur panjang. Eksperimen penyimpanan DNA sebelumnya, yang dimulai pada 2012 ketika peneliti Harvard mengkodekan buku ke dalam DNA, menghadapi biaya tinggi dan kecepatan lambat. Inovasi tim Washington mengurangi biaya sintesis menjadi sekitar $2.000 per megabyte dan pembacaan menjadi $100 per megabyte, meskipun masih belum kompetitif untuk penggunaan sehari-hari.
Proses dimulai dengan kode koreksi kesalahan untuk menangani kesalahan sintesis inheren DNA, diikuti dengan pengumpulan beberapa untai DNA untuk akses paralel. Pengujian melibatkan penyimpanan dan pengambilan 20 MB file, termasuk gambar dan teks, dengan fidelitas 100%. Implikasinya termasuk aplikasi dalam melestarikan warisan budaya, dataset ilmiah, dan bahkan data eksplorasi ruang angkasa, di mana berat dan daya tahan sangat penting.
Meskipun menjanjikan, tantangan tetap ada, seperti penskalaan produksi dan integrasi dengan infrastruktur yang ada. Peneliti berencana bekerja lebih lanjut pada otomatisasi untuk menurunkan biaya. Perkembangan ini menekankan potensi DNA sebagai solusi bio-inspirasi untuk krisis penyimpanan era digital, menawarkan sekilas ke masa depan hibrida biologis-komputasional.