Peneliti telah menghubungkan degenerasi otak pada lumba-lumba botol hidung yang terdampar dengan racun dari mekaran samudra, mencerminkan penyakit Alzheimer pada manusia. Studi ini, yang berfokus pada lumba-lumba dari Indian River Lagoon di Florida, menyoroti peran perubahan iklim dan polusi dalam memperburuk mekaran ini. Penemuan ini menimbulkan kekhawatiran bagi kehidupan laut dan kesehatan manusia.
Selama beberapa dekade, para ilmuwan telah bingung mengapa lumba-lumba dan paus terdampar di pantai, sering kali tampak kehilangan arah. Sebuah studi baru menunjukkan bahwa lumba-lumba botol hidung mungkin menderita kondisi mirip Alzheimer yang disebabkan oleh paparan racun sianobakteri. Organisme mikroskopis ini berkembang biak di air hangat yang kaya nutrisi, menghasilkan senyawa berbahaya yang terakumulasi dalam rantai makanan laut dan mencapai predator puncak seperti lumba-lumba.
Tim peneliti, termasuk pakar dari Hubbs-SeaWorld Research Institute di Melbourne Beach, Florida, University of Miami Miller School of Medicine, dan Brain Chemistry Labs di Jackson Hole, Wyoming, memeriksa otak dari 20 lumba-lumba botol hidung yang terdampar di sepanjang Indian River Lagoon Florida. Mereka mendeteksi kadar signifikan β-N-methylamino-L-alanine (BMAA) dan kerabatnya, 2,4-diaminobutyric acid (2,4-DAB) dan N-2-aminoethylglycine (AEG). Lumba-lumba yang terdampar selama periode puncak mekaran sianobakteri memiliki hingga 2.900 kali lebih banyak 2,4-DAB daripada yang dari waktu lain.
Otak lumba-lumba menunjukkan fitur patologis mirip dengan Alzheimer manusia, termasuk plak β-amyloid, protein tau hiperfosforilasi, dan inklusi protein TDP-43. Selain itu, 536 gen diekspresikan dalam pola yang konsisten dengan penyakit tersebut. Mekaran sianobakteri semakin memanjang karena pemanasan iklim dan polusi nutrisi dari aliran pertanian dan limbah, yang sering melepaskan air beracun dari Danau Okeechobee ke Indian River Lagoon melalui Sungai St. Lucie.
"Karena lumba-lumba dianggap sebagai penjaga lingkungan untuk paparan toksik di lingkungan laut," jelas Dr. David Davis dari University of Miami Miller School of Medicine, "ada kekhawatiran tentang isu kesehatan manusia yang terkait dengan mekaran sianobakteri." Pada 2024, Kabupaten Miami-Dade melaporkan prevalensi Alzheimer tertinggi di Amerika Serikat. "Meskipun ada kemungkinan banyak jalur menuju penyakit Alzheimer, paparan sianobakteri semakin tampak sebagai faktor risiko," tambah Dr. Davis. Dr. Paul Alan Cox dari Brain Chemistry Labs mencatat, "Di antara penduduk desa Guam, paparan racun sianobakteri tampak memicu penyakit neurologis."
Temuan ini diterbitkan di Communications Biology pada 11 Oktober 2025.