Gletser Antartika melewati titik kritis untuk kenaikan permukaan laut
Sebuah studi baru menunjukkan bahwa Gletser Thwaites di Antartika telah melewati titik kritis yang tidak dapat dibalik, yang berpotensi mempercepat kenaikan permukaan laut global. Peneliti menganalisis puluhan tahun data satelit untuk mencapai kesimpulan ini. Temuan tersebut menyoroti risiko mendesak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim di wilayah kutub.
Gletser Thwaites, yang sering disebut 'Gletser Kiamat' karena volume esnya yang sangat besar, tampaknya telah memasuki fase mundur yang tidak dapat dibalik, menurut studi yang diterbitkan di Nature Climate Change. Ilmuwan dari Universitas Edinburgh dan institusi lain memeriksa pengamatan satelit yang mencakup tahun 1992 hingga 2021. Analisis mereka mengungkapkan bahwa garis dasar gletser—titik di mana ia bertemu dengan dasar laut—telah mundur secara stabil, didorong oleh arus laut hangat yang menggerus es dari bawah.
"Kami menunjukkan bahwa Gletser Thwaites telah melewati titik tanpa kembalinya," kata penulis utama Thomas Slater, seorang glasiologis di Universitas Edinburgh. Titik kritis ini terjadi ketika air laut meresap di bawah rak es, mempercepat pencairan dan mengganggu struktur gletser. Mundurnya telah konsisten selama tiga dekade yang dipelajari, tanpa tanda-tanda stabilisasi.
Gletser Thwaites menyimpan cukup es untuk menaikkan permukaan laut global lebih dari 65 sentimeter (sekitar 2 kaki) jika runtuh sepenuhnya. Ia adalah komponen kritis dari Lapisan Es Antartika Barat, dan ketidakstabilannya dapat memicu kehilangan es yang lebih luas di wilayah tersebut. Studi ini menekankan bahwa meskipun pencairan penuh akan memakan waktu berabad-abad, lintasan saat ini menunjukkan kontribusi yang mempercepat kenaikan permukaan laut dalam dekade-dekade mendatang.
Penelitian ini dibangun di atas pengamatan sebelumnya tentang penipisan cepat di Thwaites, yang pertama kali dicatat pada awal 2010-an. Upaya internasional, termasuk misi NASA Oceans Melting Greenland, telah menyediakan data pendukung tentang pemanasan laut di sekitar Antartika. Implikasinya melampaui ilmu pengetahuan: kota-kota pantai di seluruh dunia menghadapi risiko banjir yang lebih tinggi, yang menekankan perlunya pengurangan emisi yang agresif untuk memperlambat kehilangan es kutub.
Para ahli memperingatkan bahwa studi ini tidak memprediksi bencana segera tetapi berfungsi sebagai peringatan yang mencolok. "Perubahan yang kita lihat hari ini adalah hasil dari emisi gas rumah kaca dari masa lalu," catat seorang penulis bersama. Saat suhu global terus naik, pemantauan titik kritis seperti ini menjadi penting untuk strategi adaptasi.