Uji klinis besar telah menunjukkan bahwa obat imunoterapi pembrolizumab dapat membantu mencegah penyebaran mematikan karsinoma sel Merkel, kanker kulit langka dan agresif, setelah operasi. Meskipun tidak secara signifikan mengurangi tingkat kekambuhan secara keseluruhan, pengobatan tersebut menurunkan risiko metastasis jauh sebesar 42%. Temuan ini menawarkan harapan bagi pasien yang menghadapi penyakit cepat berkembang ini.
Uji coba STAMP fase 3, yang dilakukan oleh Kelompok Penelitian Kanker ECOG-ACRIN, mengevaluasi pembrolizumab sebagai terapi adjuvan untuk karsinoma sel Merkel setelah pengangkatan tumor. Studi acak ini, yang terbesar dari jenisnya, mendaftarkan 293 pasien antara 2018 dan 2023 di lebih dari 500 rumah sakit dan pusat kanker di Amerika Serikat, didukung oleh Institut Kanker Nasional.
Pasien dibagi menjadi dua kelompok: 147 menerima infus pembrolizumab, sementara 146 dipantau tanpa obat tersebut. Beberapa peserta juga menjalani terapi radiasi sesuai rekomendasi. Setelah dua tahun, 73% kelompok pembrolizumab tetap bebas kanker, dibandingkan dengan 66% di kelompok observasi. Meskipun perbedaan ini tidak signifikan secara statistik untuk kekambuhan secara keseluruhan, kelompok pengobatan memiliki risiko metastasis jauh 42% lebih rendah, seperti ke hati, paru-paru, atau tulang.
Peneliti utama Janice M. Mehnert, MD, ketua bersama Komite Melanoma ECOG-ACRIN dan direktur Melanoma dan Onkologi Medis Kulit di Pusat Kanker Perlmutter NYU Langone Health, menyoroti pentingnya hasil tersebut. "Uji coba STAMP memberikan bukti pertama bahwa imunoterapi dengan pembrolizumab setelah operasi dapat membantu orang dengan karsinoma sel Merkel dengan mencegah kanker mereka kembali di organ yang dianggap jauh dari lokasi penyakit asli," katanya. "Ini adalah berita baik yang sangat dibutuhkan bagi orang-orang yang hidup dengan kanker sangat agresif yaitu karsinoma sel Merkel."
Karsinoma sel Merkel, juga dikenal sebagai karsinoma neuroendokrin kulit, muncul pada sel yang merasakan sentuhan dan sering muncul sebagai benjolan keras yang tidak sakit di area yang terpapar sinar matahari. Ini memengaruhi tidak lebih dari tiga dari satu juta orang setiap tahun di Amerika Serikat dan memiliki prognosis buruk, dengan kurang dari setengah pasien bertahan lima tahun setelah diagnosis. Pembrolizumab, inhibitor PD-1 yang dipasarkan sebagai KEYTRUDA, memblokir protein yang membantu sel kanker menghindari sistem kekebalan dan sudah disetujui oleh FDA untuk kasus lanjutan penyakit ini.
Data kelangsungan hidup keseluruhan dari uji coba masih sedang diikuti dan akan dilaporkan nanti. Dr. Mehnert mempresentasikan temuan tersebut di Kongres Masyarakat Onkologi Medis Eropa pada 20 Oktober 2025, di Berlin, Jerman.